Rasa Otentik Italia dalam Sepotong Pizza

Rasa Otentik Italia dalam Sepotong Pizza

Eh, beneran nih pizza Italia asli? Kok rasanya kayak martabak telur pakai keju?

Halo, para pencinta kuliner (dan tukang ngemil) di seluruh Indonesia! Pernah nggak sih kalian debat sama temen soal pizza? Bukan debat soal “tim nanas di pizza” atau “tim nggak nanas”, tapi lebih ke arah, “Ini pizza Italia beneran, apa cuma klaim biar laku?” Nah, malam ini, kita akan bedah tuntas misteri rasa otentik Italia dalam sepotong pizza, dengan gaya khas kita yang suka ngejokes tapi tetep serius kalau soal makanan.

Pertama-tama, mari kita akui. Begitu denger kata “pizza Italia otentik”, bayangan kita langsung melayang ke adonan tipis renyah, saus tomat segar yang banmicafenyc.com bikin ngiler, mozzarella yang molor-molor, plus aroma basil yang semerbak. Tapi, begitu nyobain di warung sebelah, kok rasanya beda jauh ya sama yang di film-film Hollywood? Malah kadang toppingnya udah kayak tumpeng mini saking banyaknya.

Sebenarnya, kuncinya ada di bahan-bahan segar dan metode pembuatan tradisional. Pizza Italia yang asli itu nggak neko-neko. Mereka fokus pada kualitas bahan utama. Saus tomatnya bukan dari pasta tomat instan yang tinggal tuang, tapi dari tomat matang pilihan yang diolah sederhana. Keju mozzarella-nya pun bukan sembarang keju, apalagi yang warnanya ngejreng kayak stabilo. Mereka pakai mozzarella asli, seringkali mozzarella di bufala (dari susu kerbau) yang rasanya lebih kaya dan teksturnya lembut. Nah, di sini nih kadang kita sering kena zonk. Udah bayangin lelehan keju asli, eh taunya yang disajikan malah keju cheddar parut yang keras dan susah meleleh. Duh, padahal udah siap-siap buat bikin “cheese pull” ala food vlogger!

Adonan: Bukan Sembarang Tepung dan Air

Jangan salah, adonan pizza Italia itu punya seni tersendiri. Bukan cuma tepung campur air terus dibanting-banting kayak adonan roti canai. Ada proses fermentasi yang panjang, yang bikin adonannya punya karakter dan aroma khas. Makanya, kalau pizza Italia asli, pinggirannya itu nggak tebal dan bantat kayak bantal, tapi justru kopong dan bergelembung karena proses pemanggangan di oven panas membara. Kalau di Indonesia, kadang pizza kita pinggirannya malah jadi “gizi” yang ditinggalin karena keras atau hambar. Padahal udah janji mau makan sampai habis biar nggak dosa.

Topping: Sedikit Tapi Berisi

Satu lagi yang membedakan pizza Italia otentik dengan pizza yang sering kita jumpai: topping. Orang Italia itu penganut paham “less is more” kalau soal topping. Mereka nggak akan menumpuk topping sampai adonannya nggak kelihatan. Cukup beberapa bahan pilihan seperti irisan pepperoni berkualitas, jamur segar, atau sedikit sayuran yang ditata apik. Ini tujuannya biar rasa dasar pizza (saus dan keju) tetap dominan dan bahan-bahan lainnya saling melengkapi, bukan malah saling berebut perhatian. Nah, kalau di sini, kadang toppingnya udah kayak warung prasmanan. Ada sosis, jamur, paprika, bawang bombay, nanas, sampai ayam teriyaki dalam satu loyang. Akhirnya, yang berasa bukan pizza, tapi “semua jadi satu” alias gado-gado versi kering.

Jadi, kalau kalian lagi nyari rasa otentik Italia dalam sepotong pizza, coba deh perhatikan hal-hal tadi. Jangan cuma terpukau sama harga murah atau diskon gila-gilaan. Kadang, ada harga ada rupa. Tapi kalaupun nggak bisa nemu yang otentik banget, setidaknya kita tahu ciri-cirinya, biar nggak gampang ketipu sama embel-embel “Italia” doang. Gimana, ada yang mau nambahin pengalaman uniknya soal pizza di Indonesia? Atau ada yang malah pengen buru-buru pesen pizza sekarang juga?